NUBANDUNG - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga Februari aset keuangan syariah tercatat mencapai Rp 1.836 triliun dan mengalami kenaikan 23,52% secara year on year (yoy). Meski kenaikan aset cukup tinggi, saat ini pangsa pasar keuangan syariah masih di angka 9,96%.
Chief Economist Bank Syariah Indonesia Banjaran Surya Indrastomo mengungkapkan meski masih pangsa pasar syariah masih kecil, namun potensi keuangan syariah masih bisa dikembangkan di Indonesia terutama dengan kelengkapan ekosistem keuangan dan industri halal yang lengkap. Hal ini tercermin fengan penambahan nasabah baru BSI sebanyak 200 ribu orang setiap bulannya, dia optimistis keuangan syariah bisa terus bertumbuh.
"Momentum ini menandakan adanya animo yg luar biasa untuk berhijrah ke keuangan syariah. Memang dalam semasa pandemi pertumbuhannya ditopang pertumbuhannya oleh pembiayaan di sektor konsumsi, tapi ada pertumbuhan di pembiayaan produktif dimana secara garis besar ada peningkatan Rp 30 triliun secara industri di pembiayaan produktif," kata Banjaran kepada CNBC Indonesia belum lama ini.
Menurutnya tantangan keuangan syariah tidak hanya pada kepercayaan nasabah, namun juga karena usia lembaga keuangan syariah yang masih terbilang paling muda dibandingkan yang konvensional. Dengan usianya yang sangat muda, Banjaran optimistis keuangan syariah bisa tumbuh lebih besar.
"Kalau bicara size bank syariah biasanya ada di buku 3 dengan permodalan yang tidak terlalu kuat. Lahirnya Bank Syariah Indonesia diharapkan ekonomi syariah bisa bangkit dan melampui atap struktural karena keterbatasan permodalan," kata dia.
Dengan permodalan yang kuat maka BSI bisa melakukan investasi pada sumber daya manusia (SDM), teknologi, serta produk dan layanan prima. Banjaran mengatakan langkah ini bisa membuat BSI menjadi motor penggerak ekonomi syariah dan menjadi pemain global.
"Kuncinya bank syariah ikut maju dan adaptif dari adaptasi teknologi digital, kemudian bertansformasi dalam melayani ekonomi digital," katanya.
Dia mengatakan komitmen pembiayaan syariah di sektor produktif termasuk untuk UMKM dan mendukung pemulihan ekonomi nasional. Selain pembiayaan, BSI juga menyasar pasar milenial melalui akusisi dengan paltform digital.
Bank syariah menurut dia harus dilihat sebagai bank yang modern, memiliki transparansi, serta memberikan sisi keadilan ekonomi syariah dengan menyalurkan layanan yang lebih baik. Dengan adanya pengembangan industri halal, menurutnya BSI dapat menjembatani ekonomi, keuangan, sosial Islam dengan ekosistem halal.
"Perkembangan dari sisi produk dan layanan mau tidak mau dengan digitalisasi, pendekatan dengan model digital adalah menjadi kunci keberhasilan. Bagaimana perbankan syariah bisa bersaing, kalau di BSI kami memiliki pendekatan user experience untuk menjadi sahabat keuangan dan sahabat sosial dan sahabat muslim itu sendiri, menjadi one stop solution," kata Banjaran.
Banjaran mengatakan BSI juga menjadi etalase keuangan dan ekonomi syariah, dan berperan memfasilitasi masyarakat untuk bergabung dalam ekosistem ekonomi syariah. Dengan begitu bank tidak hanya menjalani fungsi interemediasi, tetapi juga memfasilitasi pembiayaan dan pembayaran ekosistem industri halal.