Ternyata, Islam memberikan jalan yang asyik dilalui ketika kita bergiling-gisik dengan kesulitan hidup. Al-Quran dan hadis, serta sirah Nabi Muhammad saw., tentunya menjadi rujukan bagi kita ketika hendak keluar dari kesulitan, masalah dan musibah. Satu hal yang pasti bahwa hidup yang serba sulit mengajarkan kita untuk menjadi manusia tangguh.
Nabi kita semua, Muhammad saw., lahir dalam kondisi sulit karena menjadi seorang anak yatim. Beberapa tahun kemudian ibunya, Siti Aminah, pun wafat. Namun, dengan semangat membaja Muhammad saw., bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Diceritakan bahwa ia menjadi seorang penggembala di padang pasir, menggembalakan kambing-kambing milik para saudagar kaya. Demi keluar dari kesulitan hidup, Nabi Muhammad saw., pernah menjadi pedagang. Setelah dewasa, beliau pun sukses.
Allah Swt., berfirman, “Bukanlah Dia (Allah) mendapatimu sebagai anak yatim, lalu Dia melindungi(mu). Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai orang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” (QS. Ad-Dhuha [93]: 6-8).
Kesulitan akan selalu menimpa siapa pun, termasuk manusia-manusia pilihan seperti nabi dan rasul. Namun, rasul dan nabi menyikapi kesulitan itu dengan bijaksana serta menempatkannya sebagai ibrah yang sarat pelajaran. Lain dengan kita yang terkadang menyikapinya dengan putus asa,mencaci maki, dan menyalahkan takdir-Nya.
Bagi nabi dan rasul, kesulitan hidup mengukuhkan kedudukan, sedangkan bagi kita, kesulitan hidup memperburuk keadaan dan menjatuhkan kedudukan. Kesulitan hidup ada yang datang karena perbuatan kita, ada juga yang datang karena merupakan ujian dari Allah. Kesulitan hidup bisa jadi teguran untuk mengingatkan kita akan kekuasaan Allah, tapi bisa juga sebaliknya, azab dari-Nya.
Oleh karenanya, jika kesulitan itu teguran untuk mengingatkan, kita harus melakukan perubahan hidup agar kesulitan tersebut menjadi kenikmatan dan kebahagiaan. Nabi kita, Muhammad saw., memiliki pengalaman sebagai orang miskin sebab keyatiman identik dengan kemiskinan. Namun, beliau Saw. mampu menjadi teladan ideal bagi kita untuk mencoba keluar dari setiap kesulitan dengan mengoptimalkan daya dan upaya.
Ketika ibu susunya, Halimah Al-Sa’diyah, sedang kesulitan, beliau pun membantunya menggembala kambing. Ini mengindikasikan bahwa baginda Nabi Muhammad saw., merupakan seorang nabi yang pantang menyerah. Tak heran jika ia menjelma menjadi sosok teladan bagi kita yang sedang kesulitan untuk bangkit dari keterpurukan.
Dengan kondisi yang lemah, beliau bangkit dan ikut berdagang bersama pamannya, Abu Thalib. Dalam perkembangan selanjutnya, ia menjadi pemimpin perusahaan yang jujur, pemilik perusahaan yang dermawan, investor yang cerdas, dan dai yang konsisten sepanjang zaman. Demikianlah nabi tercinta kita.
Kesulitan hidup yang mendera tidak membuatnya putus asa, malas, rendah diri, dan terpuruk dalam kemiskinan. Yang dilakukan oleh nabi kita tercinta ini sejatinya memotivasi kita untuk mengubah kesulitan hidup menjadi kehidupan yang lebih baik dengan tetap menekankan sikap jujur, amanah, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Hanya dengan cara demikian kesulitan hidup yang menimpa kita dapat diubah menjadi sebuah kemudahan yang membahagiakan jiwa. Kehidupan tidak akan selamanya berjalan mulus. Kita akan dihadapkan pada beragam keadaan tidak terduga: ada kalanya kita mengalami kesulitan; dan ada kalanya juga kita dalam kesenangan.
Sebagai seorang muslim, kita seharusnya belajar pada semangat sang Nabi untuk mengubah kemenderitaan menjadi energi luar biasa bagi perubahan hidup. Sebab, di dalam kesulitan, pasti ada kebahagiaan yang tersimpan rapat yang kudu kita temukan agar menjadi seorang manusia bergelar khalifah sekaligus hamba-Nya yang shaleh.
Allah Swt., berfirman, “Bukanlah Dia (Allah) mendapatimu sebagai anak yatim, lalu Dia melindungi(mu). Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai orang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” (QS. Ad-Dhuha [93]: 6-8).
Kesulitan akan selalu menimpa siapa pun, termasuk manusia-manusia pilihan seperti nabi dan rasul. Namun, rasul dan nabi menyikapi kesulitan itu dengan bijaksana serta menempatkannya sebagai ibrah yang sarat pelajaran. Lain dengan kita yang terkadang menyikapinya dengan putus asa,mencaci maki, dan menyalahkan takdir-Nya.
Bagi nabi dan rasul, kesulitan hidup mengukuhkan kedudukan, sedangkan bagi kita, kesulitan hidup memperburuk keadaan dan menjatuhkan kedudukan. Kesulitan hidup ada yang datang karena perbuatan kita, ada juga yang datang karena merupakan ujian dari Allah. Kesulitan hidup bisa jadi teguran untuk mengingatkan kita akan kekuasaan Allah, tapi bisa juga sebaliknya, azab dari-Nya.
Oleh karenanya, jika kesulitan itu teguran untuk mengingatkan, kita harus melakukan perubahan hidup agar kesulitan tersebut menjadi kenikmatan dan kebahagiaan. Nabi kita, Muhammad saw., memiliki pengalaman sebagai orang miskin sebab keyatiman identik dengan kemiskinan. Namun, beliau Saw. mampu menjadi teladan ideal bagi kita untuk mencoba keluar dari setiap kesulitan dengan mengoptimalkan daya dan upaya.
Ketika ibu susunya, Halimah Al-Sa’diyah, sedang kesulitan, beliau pun membantunya menggembala kambing. Ini mengindikasikan bahwa baginda Nabi Muhammad saw., merupakan seorang nabi yang pantang menyerah. Tak heran jika ia menjelma menjadi sosok teladan bagi kita yang sedang kesulitan untuk bangkit dari keterpurukan.
Dengan kondisi yang lemah, beliau bangkit dan ikut berdagang bersama pamannya, Abu Thalib. Dalam perkembangan selanjutnya, ia menjadi pemimpin perusahaan yang jujur, pemilik perusahaan yang dermawan, investor yang cerdas, dan dai yang konsisten sepanjang zaman. Demikianlah nabi tercinta kita.
Kesulitan hidup yang mendera tidak membuatnya putus asa, malas, rendah diri, dan terpuruk dalam kemiskinan. Yang dilakukan oleh nabi kita tercinta ini sejatinya memotivasi kita untuk mengubah kesulitan hidup menjadi kehidupan yang lebih baik dengan tetap menekankan sikap jujur, amanah, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Hanya dengan cara demikian kesulitan hidup yang menimpa kita dapat diubah menjadi sebuah kemudahan yang membahagiakan jiwa. Kehidupan tidak akan selamanya berjalan mulus. Kita akan dihadapkan pada beragam keadaan tidak terduga: ada kalanya kita mengalami kesulitan; dan ada kalanya juga kita dalam kesenangan.
Sebagai seorang muslim, kita seharusnya belajar pada semangat sang Nabi untuk mengubah kemenderitaan menjadi energi luar biasa bagi perubahan hidup. Sebab, di dalam kesulitan, pasti ada kebahagiaan yang tersimpan rapat yang kudu kita temukan agar menjadi seorang manusia bergelar khalifah sekaligus hamba-Nya yang shaleh.