Apakah kita sering merasa terganggu dengan pertanyaan, kapan nikah? Saat kamu sedang asyik ngobrol di acara pertemuan keluarga, eh, ada saudaramu dari arah yang tak disangka-sangka, bertanya, kapan nikah? Saat kamu sedang tertawa gembira di acara reuni sekolah, mood rubah karena ada temanmu yang bertanya, kapan nikah? Bahkan, saat kamu sedang jajan bakso, hilanglah selera, karena si mas tukang bakso kepo bertanya, kapan nikah?
Nah, saat kamu selalu mendapatkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, tentunya akan merasa tak nyaman, blank of mind, dan hilang mood dalam hidup. Ini wajar terjadi karena kamu masih single, masih sendirian, atau masih jomblo.
Woless aja, ya, jangan kita pikirkan; bersabarlah menghadapi serangan tanya yang mengaduk rasamu, mendobrak alam sadarmu, dan membuat kamu kembali berpikir tentang pasangan hidup. Sebab, tanpa pertanyaan mereka, tentunya kita tidak akan pernah menikah. Hehehe
Bahkan, saat ada orang-orang yang nyinyir ngasih komentar, “Truk aja gandengan, masa kamu enggak!” tetaplah bersabar.
Bersabarlah saat kita masih single. Sebab, Allah sedang menyiapkan jodoh kita yang terbaik dari yang terbaik menurut manusia. Kita tidak boleh merasa minder atas kesendirian kita. Karena dengan kesendirian, banyak waktu yang dapat kita manfaatkan secara maksimal untuk mendekati-Nya; tapi jangan lantas kita berhenti usaha untuk mencarinya, meskipun jodoh itu di dalam kekuasaan Allah.
Cobalah kita merenung, barangkali penyebab jodoh tak kunjung datang itu karena keinginanmu yang menggebu-gebu dan berlonjak-lonjak. Sehingga kamu lupa memantaskan diri dengan ibadah.
Mari kita renungkan, apabila posisi sedang single, apakah kita sibuk mencari pasangan yang tak jelas akhlaknya karena dikalahkan ketampanan dan kekayaannya? Hal ini tentunya menghabiskan waktu kita di dunia saja. Daripada mencari yang tampan dan kaya, mendingan kita manfaatkan waktu untuk memperdalam ilmu, dan membantu orang tua. Yakinlah bahwa Allah sedang mempersiapkan calon pasangan hidupmu yang terbaik; yang mampu membawamu menapaki jalan kemuliaan di dunia dan akhirat.
Di dalam ajaran Islam, kesempurnaan beragama seseorang, dapat dipeoleh dari menikah. Maka, ketika kita belum menikah, ada setengah lagi dari inti ajaran agama yang belum terwujud. Keimanan, kesabaran, keikhlasan, kesetiaan dan kerajinan dalam beribadah akan begitu berat saat kita berumah tangga, sehingga diperlukan perjuangan untuk membangun kesalehan dalam keluarga.
Karena itu, kita tidak boleh asal-asalan memilih pasangan hidup karena hidup tak sekadar di dunia; tetapi juga di akhirat. Lantas, pertanyaannya, kita sering berharap cemas siapa pasangan hidup kita sebenarnya?
Angan-angan kita memimpikan orang yang telah lama kita idamkan sebagai pasangan ideal. Dengan harapan bahwa berumah tangga dengan dia, kita akan bahagia, karena dia orangnya baik hati dan penyabar.
Kamu tahu cerita dalam novel Siti Nurbaya?
Ya, cerita di dalam novel itu sangat terkenal dan sempat diangkat ke layar lebar; didalamnya kita akan menemukan bahwa perjodohan merupakan jalan lain mewujudkan pernikahan. Dalam cerita novel itu, Siti Nurbaya dipaksa kawin oleh orang tuanya dengan pilihan mereka tanpa cinta sehingga harus berkorban menyukai pria yang dipilihkan oleh orang tuanya. Akhirnya, mereka pun menikah.
Zaman kita, memang bukan zaman Siti Nurbaya lagi. Namun, sebaiknya jika kita masih galau, toh ada Allah Swt., yang senantiasa memberikan pilihan terbaik untuk kita. Pasangan hidup bukan ditentukan orang tua, teman, atau saudara; tetapi Allah semata yang Mahamenentukan, siapa pasangan hidup kita.
Karena itu, mintalah kepada-Nya dengan jalan shalat istikharah (shalat meminta petunjuk) saat galau memikirkan siapa pasangan hidup, agar kita senantiasa diberikan pasangan yang terbaik oleh Allah.
Rasulullah Saw., bersabda, “Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya.” (HR. Ahmad, Nasa’i, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Karenanya, sebelum kita ngebet banget ingin memiliki pasangan hidup (jodoh), sebaiknya periksa dahulu niat kita. Seperti dikatakan hadits di atas, bahwa Allah akan menolong kita yang ingin menikah karena ingin memelihara kehormatan, supaya dapat meninggalkan kemaksiatan.
Periksalah lagi. Tanyakan kepada diri kita, apakah kita berniat tulus karena ingin menjalankan sunah Nabi Muhammad dan menjaga kehormatan sebagai seorang muslim, ataukah jangan-jangan kita hanya terpukau nafsu?
Ingat, ya, bahwa menikah adalah salah satu ikhtiar kita untuk menghindari diri dari kemaksiatan. Bukan hanya itu, cobalah pelajari ketika banyak pasangan memutuskan hubungan pernikahan dengan perceraian. Ragam alasan terjadi ketika dalam persidangan cerai.
Salah satunya mereka tidak bisa move on dari situasi ketika sendirian. Mereka masih merasa egois ketika berumah tangga. Kemudian itu melahirkan percekcokan sehingga mereka pun berakhir di tengah jalan. Rumah tangga yang semula diimpikan menjadi jodoh dunia akhirat, kandas di tengah jalan, hancur lebur, dan seolah gagal.
Kita harus ingat, bahwa sejatinya berumah tangga adalah mengelola ketidakcocokan sifat kita dengan pasangan. Sebab, kita berbeda sifat dan keinginan. Maka, bersabarlah ketika ingin mendapatkan pasangan yang terbaik. Bukan malah kita selalu bersikukuh menginginkan yang sempurna, tetapi hanya untuk menciptakan kebahagiaan dunia semata.
Allah Swt., berfirman, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS. An-Nuur: 26).
Pasangan hidup kita adalah cerminan pribadi kita. Jika kita baik, maka Allah akan memberikan pasangan yang baik. Sedangkan, jika kita berperilaku buruk, maka pasangan yang diberikan-Nya pun akan buruk akhlaknya.
So, bercerminlah dahulu agar kita mampu memperbaiki kekurangan, kesalahan dan kealpaan kita. Setelah itu, pantaskanlah diri kita agar mampu menjadi pendampingnya dalam hidup dan mati, dalam susah dan senang, sehingga tenang dan tentram saat mengayuh perjalanan berumah tangga.
Bersabar dalam memilih pasangan hidup adalah memantaskan diri kita kemudian bertawakkal kepada Allah agar Dia memilihkan pasangan yang menurut-Nya baik. Karena pasangan hidup kadang bukan yang kita inginkan, tetapi yang dipilihkan oleh Allah. Karena itu, tugas kita ialah serahkanlah kepada-Nya agar kita tidak menyesal di kemudian hari.