Ah, sejak kecil saya selalu bisa menahan kecewa. Dalam puisi terkandung kekecewaan yang meluapkan kata-kata. Dalam puisi saya bebas mengekspresikan kekecewaan tersebut. Tanpa adanya puisi, saya rasanya akan terus terdiam, terpekur, dan merenung tentang ketidakadilan yang terus bertebaran bagai jagung yang dijadikan pakan ayam dan burung merpati.
berkepala dua
aku bukan munafik berkepala dua
benci kebatilan hanya dalam kata-kata
aku bukan anggota tim sukses berkepala dua
janji di mulut hanya penarik massa
aku bukan penguasa Indonesia
perjuangkan rakyat tak seindah dikira
aku, pokoknya, bukan aku yang menggadaikan jiwa
aku, keteguhan yang ditanam di jiwa manusia
keberanian berkata “tidak” untuk kejahatan
keperkasaan yang memorak-morandakan
kebatilan kaum otoritarian
Garut, Maret 2009
bukan atas nama Surga
kalau bersembahyang karena surga
Rabiah Al-Adawiyah akan membakarnya
menjadi berkepingan lebur bersama keserakahan
Garut, Maret 2009
menjenguk Indonesia
jarak tempuh serasa jauh dan menanjak
hembusan angin nusantara tak sesejuk tahun lalu
aku berguling
menungging
lari kecil-kecil
dan merebahkan badan
di atas alas kardus
dan plastik yang bergeresekan
sumpek betul rasanya Indonesia
sumpek karena dipenuhi pejabat korup !
menjenguk Indonesia
jarak tempuh serasa jauh dan menanjak
hembusan angin nusantara tak sesejuk tahun lalu
aku berguling
menungging
lari kecil-kecil
dan merebahkan badan
di atas alas kardus
dan plastik yang bergeresekan
sumpek betul rasanya Indonesia
sumpek karena dipenuhi pejabat korup !
Bandung, Maret 2009
Olah jiwa
ruang jiwaku dipenuhi kepompong
yang siap menyemai dirinya jadi kupu-kupu indah
namun di tengah perjalanan setapak jiwa
ia berhenti memerhatikan segurat keserakahan
lantas kemudian menancapkan belati hingga letih
menjalar merenggut nyawa dari persendian nadi
sumpah misi itu kembali “ter”nina-bobokan
di dalam sekantong biji hati yang membusuk
Tuhan…, hidupkanlah biji-biji itu
menjadi tanaman indah yang setiap hari
dapat menghidupi dua ratus juta jiwa manusia
di Indonesia tercinta
Olah jiwa
ruang jiwaku dipenuhi kepompong
yang siap menyemai dirinya jadi kupu-kupu indah
namun di tengah perjalanan setapak jiwa
ia berhenti memerhatikan segurat keserakahan
lantas kemudian menancapkan belati hingga letih
menjalar merenggut nyawa dari persendian nadi
sumpah misi itu kembali “ter”nina-bobokan
di dalam sekantong biji hati yang membusuk
Tuhan…, hidupkanlah biji-biji itu
menjadi tanaman indah yang setiap hari
dapat menghidupi dua ratus juta jiwa manusia
di Indonesia tercinta
Bandung, Maret 2009
Ekstase jiwa
isi hatiku dengan cuka asmara
pikir sejenak apakah aku jalang
yang kebinatang-binatangan ?
aku rasa bukan !
tapi besar kemungkinan
seperti gunung yang menjulang
gila kiranya aku berhenti berefleksi
mati rasanya hati dari sepercik yang suci
dosa dan kejahatan menjadi karat
dalam hati hingga tak ada kebenaran
selain dari sang diri sendiri
rigid, kakuk, kikuk, reaktif dan fanatis !!!!!!
Ekstase jiwa
isi hatiku dengan cuka asmara
pikir sejenak apakah aku jalang
yang kebinatang-binatangan ?
aku rasa bukan !
tapi besar kemungkinan
seperti gunung yang menjulang
gila kiranya aku berhenti berefleksi
mati rasanya hati dari sepercik yang suci
dosa dan kejahatan menjadi karat
dalam hati hingga tak ada kebenaran
selain dari sang diri sendiri
rigid, kakuk, kikuk, reaktif dan fanatis !!!!!!
Bandung, Maret 2009