Sekarang, alhamdulillah, saya termasuk seorang penulis yang berada di tengah-tengah. Kadang kaya raya; tapi banyak miskinnya. Wkwkwkwk
Saya mempunyai pengalaman yang bisa dibilang mengecewakan dan menyedihkan. Kejadian ini bikin saya berhenti menulis buku. Mengingatnya bikin saya ingin ketawa. Kok, ada ya, yang nggak proporsional "menjentikkan telunjuknya"? Tapi saya senang dan gembira, karena mereka dapat memanfaatkan gagasan saya, meskipun tidak ada penghargaan terhadap gagasan yang saya rangkai.
Oh sudahlah...saya pun kembali ke habitat asli sebagai blogger, seperti dulu lagi selama 2 tahun pasca kejadian yang bikin hati ketiwi itu. Saya kembali nulis di weblog ini dan mengelola beberapa media online kawan saya. Dan, taada...selama 2 tahun itu saya masih tetap hidup.
Jadi, jangan heran kalau tulisan saya jarang nongol di media lain. Saya menulis bukan karena materi. Tapi, ketika saya tidak punya sedikit pun uang untuk membeli buku, bepergian, menghadiri diskusi, dan browsing atau blogging; kekesalan saya pada media yang belum memberikan honor berbulan-bulan teringat lagi.
Saya pun jadi berpikir, penulis adalah profesi sampingan. Bukan profesi tetap.
Nanti, kalau penghasilan saya sudah di atas 10 juta per bulan, hehehe, baru saya anggap bahwa menulis adalah profesi tetap. Saya tidak berharap menghasilkan uang miliaran rupiah dari tulisan-tulisan saya. Sepuluh juta juga saya rasa cukup untuk hidup di kampung yang bebas dari segala polusi batin dan lahir.
Saat itulah, apabila tulisan tidak dibayar juga tidak apa-apa, yang penting secara eksistensial saya mengada, meruang dan mewaktu.
Sekarang, saya sedang belajar ikhlas menulis artikel dan buku remaja. Seperti yang pernah dipesankan ibunda tercinta di kampung. Bahwa menulis harus seperti (maaf) “buang hajat”.
Setelah membuangnya kita akan merasa tenang, tentram dan melupakan kepentingan. Ada keuntungan – salah satunya kesehatan – yang diperoleh setelah kita membuang kotoran itu. Begitu juga dengan menulis artikel. Akan banyak keuntungan yang diperoleh, ketika gagasan abstrak kita rangkai dengan simbol huruf.
Kelanggengan ide-gagasan, diakuinya eksistensi, keilmuan mendekati kepakaran, dan ada duit yang tidak kecil bagi artikel yang dimuat sebuah media. Yang jelas, kalau mau mendapatkan keuntungan materi jangan seperti saya. Selalu menunggu dihubungi pihak media. Padahal, seharusnya aktif menanyakan tentang honor tulisan….!
Pokoknya, ketika kamu menulis tanpa berpikir mendapatkan keuntungan material, akan menghasilkan tulisan-tulisan yang berbicara dengan hati. Bukan dengan nafsu…..kawan! inilah rahasia dibalik kesuksesan novel Laskar Pelangi dari seorang Andrea Hirata. Kalimatnya mengindikasikan bahwa ia mengerjakannya untuk suatu misi yang luhur…!!!