“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.”(QS Al-’Alaq [69] : 1).
Kelelahan yang pasti mendera ketika menunaikan shaum bukan halangan menghentikan kegiatan membaca. Setiap hari, minimalnya sebulan sekali para penggila buku akan menyempatkan diri mengisi waktu kosong dengan membaca.
Banyak keuntungan dari kegiatan membaca. Apalagi kini, di bulan Ramadan, segala aktivitas diyakini akan mendatangkan pahala.
Karenanya, menjadi keniscayaan bagi kita untuk menyempatkan diri membaca. bahkan, dalam ajaran Islam, ayat pertama diturunkan adalah tentang pentingnya membaca. Ramadan adalah bulan diturunkan wahyu pertama Al-Quran yang memerintahkan iqra’ atau membaca. Saking pentingnya perintah ini, diulangi dua kali dalam rangkaian wahyu pertama Surah Al-‘Alaq ayat 1 dan 3.
Ayat pertama dari surah Al-‘Alaq itu berbunyi, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” Sedangkan, pada ayat ketiga, Allah SWT masih menggunakan kalimat pentingnya membaca sebagai berikut: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang Maha Mulia.”
Ingat perintah “membaca” bukan hanya ditujukan kepada Nabi Muhammad saw., tapi juga untuk seluruh umat.
Kata iqra’ (bacalah) diambil dari qara‘a-yaqra’u-qar’an yang berarti “membaca”. Tetapi, yang dimaksud dalam ayat di atas bukan hanya membaca buku teks. Kalau kita telaah dari berbagai kamus, pasti ditemukan bermacam arti, antara lain, “menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu” dan sebagainya.
Ketika pertama kali diturunkan perintah “iqra”, Nabi Saw. merasa heran, mengapa perintah itu ditujukan pada orang yang tidak pandai membaca teks. Ketika Jibril memerintahkan “iqra!”, Muhammad Saw. menjawab, “ma aqra” (apa yang harus saya baca?).
Kata iqra’ (bacalah) diambil dari qara‘a-yaqra’u-qar’an yang berarti “membaca”. Tetapi, yang dimaksud dalam ayat di atas bukan hanya membaca buku teks. Kalau kita telaah dari berbagai kamus, pasti ditemukan bermacam arti, antara lain, “menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu” dan sebagainya.
Ketika pertama kali diturunkan perintah “iqra”, Nabi Saw. merasa heran, mengapa perintah itu ditujukan pada orang yang tidak pandai membaca teks. Ketika Jibril memerintahkan “iqra!”, Muhammad Saw. menjawab, “ma aqra” (apa yang harus saya baca?).
Nah karena beliau tidak bisa membaca, ayat yang saya kutip di atas bukan hanya perintah membaca buku saja. Dalam bahasa lain, sesuatu yang kita baca bersifat umum, mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau. Maka, ini berarti membaca bisa dengan cara menelaah, meneliti, menghimpun, mengetahui sesuatu.
Kalau Anda bisa membaca teks, menurut ayat di atas, dianjurkan untuk membaca kitab suci, koran, majalah dan buku atau kitab. Tapi kegiatan ini harus dikaitkan dengan “bismi rabbika” (hanya karena Allah), seperti bunyi lanjutan perintah tersebut. Iqra’ dalam ayat itu dirangkaikan dengan wa rabbuka al-akram (Tuhanmu Yang Maha Pemurah)-kemurahan-Nya tidak terbatas. Hal ini menunjukkan aktivitas membaca harus disandarkan “hanya karena Allah”, sehingga memperoleh anugerah berupa pengetahuan, pemahaman, dan wawasan mencerahkan.
Jadi, “membaca” merupakan perintah paling berharga yang diberikan-Nya kepada umat. Tidak berlebihan kalau dikatakan “membaca” adalah syarat utama membangun peradaban. Semakin mantap bacaan semakin tinggi pula peradaban.
Namun, kini masalahnya, adakah minat baca dalam diri Anda? Kalau ada, tersediakah bahan bacaan yang sesuai? Kalau tersedia, terjangkaukah oleh saku Anda? Kalau terjangkau, apakah masih tersisa waktu untuk membaca?
Ramadan kali ini, sudahkah Anda menghabiskan satu buku? Kalau tidak tersedia bacaan di rumah, bukankah mengunjungi rumah baca atau perpustakaan juga akan menjadi kegiatan berpahala yang menyenangkan? 12 jam penuh kita menahan lapar, mengisi kegiatan dengan menelaah buku, koran, majalah, dan jurnal merupakan ladang menuai berkah di bulan suci ini.
Ramadan kali ini, sudahkah Anda menghabiskan satu buku? Kalau tidak tersedia bacaan di rumah, bukankah mengunjungi rumah baca atau perpustakaan juga akan menjadi kegiatan berpahala yang menyenangkan? 12 jam penuh kita menahan lapar, mengisi kegiatan dengan menelaah buku, koran, majalah, dan jurnal merupakan ladang menuai berkah di bulan suci ini.