PROFESOR Komaruddin Hidayat merupakan salah satu akademisi yang mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa awam. Rektor UIN Jakarta ini, telah membuktikannya dengan menulis buku populer bertajuk, Psikologi Kematian dan Psikologi Beragama. Pada Agustus 2009, mas Komeng – begitulah panggilan akrabnya – kembali menerbitkan buku dengan judul, “Berdamai dengan Kematian”.
Buku yang diterbitkan penerbit Hikmah ini, merupakan lanjutan dari buku Psikologi Kematian dan Psikologi Beragama, yang mendulang sukses di pasaran (best seller) dengan oplah ratusan ribu eksemplar.
Kematian, seperti dibilang guru besar filsafat UIN Jakarta ini, salah satu dari tiga kurva kehidupan yang pasti dilalui setiap manusia. Selain kelahiran dan pernikahan; kematian juga semestinya menjadikan manusia sadar atas kehidupan di dunia ini. Betapa tidak, kehidupan di dunia bagaikan sebuah festival, yang mesti dirayakan dengan kegembiraan dan penuh makna. Peran dan posisi manusia dalam festival kehidupan tidak menentukan hasil akhir yang diraih. Namun, yang menentukan hasil akhir ialah bagaimana kita memerankan dan memaknai peran dalam kehidupan (hlm.2).
Kematian sangat dipercayai kehadirannya oleh setiap umat manusia tanpa kecuali. Sang manusia beragama, bahkan yang tak percaya atas eksistensi Tuhan (atheis) dalam kehidupannya mempercayai bahwa mati akan menghampirinya. Yang berbeda hanya dalam perkara self depent mechanism mereka, yakni ikhwal menghadapi datangnya kematian. Bagi sang pejalan ruhani, kematian dipahami sebagai gerbang memasuki kehidupan baru (akhirat). Sementara, bagi yang tak percaya pada Tuhan mereka mengubur dalam-dalam, ikhwal kehidupan setelah kematian menjemputnya.
Mas Komeng, dengan percik renungan menggugah; sederhana; memikat; pejal dengan khazanah spiritualitas; dan kisah menarik mampu menghadirkan kematian yang indah dalam benak pembaca. Kematian, dalam buku ini, bukan sesuatu yang mesti ditakuti. Kematian, jalan untuk menyerahkan laporan hidup kepada sang pencipta alam raya, Allah Swt. Selama kita masih hidup, berhasilkah memaknai peran yang diberikan Tuhan dalam kehidupan ini? Lantas, bagaimana festival kehidupan ini dimaknai untuk mencapai kemuliaan hidup (wisdom of life)?
Manusia yang mampu memaknai peran dalam hidupnya, yakni sebagai khalifah fi al-ardh, akan membuat kehidupan sebagai ladang menuai amal saleh. Memanfaatkan waktu yang diberikan-Nya hingga menuai berkah kehidupan paripurna (dunia dan akhirat). Kematian, meskipun benar adanya, tetapi tak hanya diratapi dengan sikap pesimis. Melainkan mengisi kehidupan dengan sikap optimis. Muara optimisme hidup ini karena kita yakin bahwa setelah kematian ada kehidupan yang sungguh amat nyata kehadirannya.
Lantas, bagaimana dengan kesakitan yang menimpa seorang manusia? Apakah pasrah-sumerah saja tanpa melakukan ikhtiar karena Tuhan yang menentukan waktu berakhirnya kehidupan manusia? Mas Komeng, dalam subjudul “Religion Makes Sufferings Sufferable” membahas bagaimana Agama mampu meredam penderitaan yang menimpa manusia. Dengan kekuatan iman dan rasa kedekatan dengan Tuhan, seorang yang terkena musibah (misalnya sakit), sebesar apa pun akan sanggup menanggungnya (hlm.104).
Apa saja rahasia kekuatan tersebut? Mereka mampu menerima kenyataan bahwa dirinya sakit. Mereka yakin dan optimis bahwa penyakit pasti telah ada obatnya. Mereka juga yakin bahwa disamping kemajuan ilmu kedokteran, terletak kekuatan spiritual untuk membantu pengobatan. Dukungan dari luar juga (kerabat, keluarga, teman, dokter) sangat membantu manusia sakit memandang masa depan secara optimis dan mampu memaknai hidup. Kekuatan hidup juga akan tumbuh kalau yang sakit memiliki tekad untuk tetap hidup.
Buku ini, pokoknya cocok untuk semua kalangan yang ingin memaknai kematian dalam melahirkan semangat hidup. Tak hanya substansinya yang menarik hati pembaca, namun desain isi yang dirancang estetis juga merupakan kelebihan buku ini. Menenangkan dan menentramkan hati sanubari ketika setiap lembar halaman kita baca dan telaah. Inilah salah satu buah karya Profesor yang piawai berbahasa sederhana dan memikat dengan ilustrasi kisah yang menggugah. Anda akan dibawa memahami rahasia dibalik peristiwa kehidupan umat manusia yang banyak ditakuti karena mengancam hidup ini (kematian) dengan optimis. Selamat membaca!!!
Judul : Berdamai dengan Kematian; Menjemput Ajal dengan Optimisme
Penulis : Komaruddin Hidayat
Penerbit : Hikmah, Jakarta
Cetakan : I, Agustus 2009
Tebal : 236 hlm